Kamis, 23 September 2010

Pengalaman pribadi


Tantangan menjadi seorang guru sekolah dasar

            Mengajar anak SD ternyata nggak gampang. Kata orang, mengajar anak SD itu merupakan hal yang paling mudah. Tapi ternyata itulah hal tersulit apalagi mengajar anak SD kelas 1,2, dan 3. Pada usia-usia yang seperti itu, mereka sedang berada pada fase peralihan dari fase bermain ke fase belajar. Begitupun dengan keadaan psikologis mereka. Pikiran mereka masih ingin main, main, dan main. Nah disinilah dituntut peran guru yang memang benar-benar mampu mengimbangi keadaan psikologis anak dengan kewajiban si anak untuk belajar. Sang guru dituntut untuk mampu menarik perhatian si anak sehingga si anak tertarik dengan pelajaran yang sedang diajarkan. Anak didik akan menyukai dan senang dengan satu mata pelajaran diawali dengan menyukai sang guru terlebih dahulu. Guru harus memiliki sifat flexible dan kreatif serta menghindari sifat monoton supaya anak murid tidak merasa bosan. Jika kondisi tersebut terjadi, maka guru bisa mengkombinasikan pelajaran dengan permainan. Buatlah pelajaran menjadi  semenarik mungkin dengan menggunakan metode-metode yang disukai oleh anak didik. Sebagai contoh, dalam mengajarkan alphabet ataupun angka, guru bisa mengajarkannya sambil bernyanyi. Biasanya anak-anak akan tertarik dan ikut bernyanyi. Selain itu, dalam mengajarkan membaca, guru bisa mengajarkannya dengan menggunakan metode mendongeng.

Selain itu, jika mood mereka sedang jelek, sang guru deh yang harus mengalah dan kemudian menuruti mood si anak atau istilah pendidikannya memasuki dunia anak yang kemudian jika anak sudah bisa berbaur dengan guru maka guru harus mampu membawa mereka kembali ke dunia semula alias belajar – mengajar. Menjadi guru SD harus extra sabar. Disinilah kesabaran diuji. Jangan mudah marah dan jangan pantang menyerah dalam mengajar mereka. Guru terutama guru SD harus menghindari atau kalau bisa membuang jauh-jauh sifat pemarah dalam mengajar. Anak SD memiliki perasaan yang lebih peka dibandingkan dengan anak SMP ataupun anak SMA. Mereka lebih mudah untuk dekat, suka, dan benci pada sesuatu hal.

Saya juga punya pengalaman mengajar anak SD. Saya telah mengajar sejak setahun yang lalu. Murid saya bernama farhan. dia murid yang tergolong aktif dan pintar. Tapi dengan pintar nya dia sering menjahili teman lainnya. dan maunya selalu diperhatikan. Menurut saya  sih oke oke saja, asalkan dia dapat menyerap apa yang saya ajarkan dan tidak menggangu temannya. Ada juga murid yang tidak bisa menulis dan membaca. Memang sulit untuk mengajarkan anak yang umurnya 6-8 tahun. Tapi disinilah seorang guru harus bersabar dan berusaha. Untuk itu sebagai guru harus menemukan metode-metode yang tepat untuk mengajarkan murid-muridnya di dalam kegiatan belajar mengajar.

Dalam mengajar anak SD yang sedang berada di dalam fase peralihan dari bermain ke fase belajar, guru jangan memaksa anak untuk terus belajar secara monoton. Mereka akan merasa jenuh dan bosan yang akan menjadi titik awal dari ketidaksukaan mereka terhadap pelajaran tersebut. Sesekali masuklah ke dalam dunia mereka dan bawa mereka kembali ke dunia kita untuk menarik perhatian mereka. Bersabar dalam menghadapi mereka adalah kunci utama untuk berhasil mendidik mereka menjadi anak yang pintar. Dan tetap semangat.!!!!

4 komentar:

  1. semangat semangat yaaa....
    semoga Indonesia dapat menjadi lebih baik lagi :)

    BalasHapus
  2. iya begitulan peran guru, tapi mengasikkan bagi saya, krn sudah dari dalam hati saya, saya ingin anak Indonesia lebih baik lagi, dibandingkan dahulu saya belajar dengan seadaanya dari guru saya.
    Tapi Ikhlas, semgat dan sabar kunci dari ini semua!

    BalasHapus
  3. Maka dari itu kenapa guru di sebut Pahlawan tanpa tanda jasa.. Semangat trus buat puteri!. sapa tau terbiasa belajar mendidik anak-anak nantinya puteri akan terbiasa mendidik anaknya sendiri dengan Luar Biasa

    BalasHapus